Kamis, 21 Mei 2015

Berkarya Dalam Seni dan Pelayanan

Seni dan Kebudayaan adalah dua hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dewasa ini, banyak sekali kaum muda yang sangat tidak memperdulikan perkembangan kebudayaan aslinya. Ia menganggap bahwa hal-hal yang berbau seni dan kebudayaan lokal merupakan sesuatu yang tidak penting. Ada pula yang menganggap seni kebudayaan sebagai hal yang kolot dan tidak menarik untuk dikembangkan. Akan tetapi, sekalipun terjepit oleh himpitan zaman. Ada pula pemuda-pemudi yang masih setia mengembangkan seni dan kebudayaan dan semakin mendalaminya sebagai hal yang memang sangat penting untuk dikembangkan. Sebut saja namanya, Ola. Sumbangsi karyanya bagi gereja dan masyarakat tidak diragukan lagi. Mari kita mengenal lebih dekat sosok yang ceria dan penuh semangat ini.

Gadis muda yang bernama Stella Destiolina Ola Tarigas ini telah bergelut di bidang seni sejak ia masih kecil. Awalnya dari kebiasaan mendengarkan radio saat berumur balita. Ia mendendangkan lagu sambil mengikuti nyanyian suara radio. Hingga pada saat ibunda meninggal dunia, tepatnya ketika ia duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar, ia mulai mengikuti berbagai kompetisi di sekolahnya. Anak sulung dari empat bersaudara yang bersekolah di Sekolah Dasar Bruder Nusa Indah ini pernah mendapatkan juara 1 lomba menyanyi solo tingkat SD. Gadis yang disapa Ola ini juga pernah mengikuti Bintang Pelajar di SMP Gembala Baik. Hingga ia bersekolah di SMAN 7 Pontianak, ia juga pernah mengikuti EGP (Ekspresi Gaya Pelajar) dalam lomba ekspresi. Di saat itu juga, ia pernah menjadi Ketua dalam Teather yang diadakan di sekolahnya. Tidak hanya di sekolah, Ola juga aktif di dalam berbagai macam kegiatan Gereja Katolik. Menjadi anggota koor baik di OMK (Orang Muda Katolik) maupun di luar gereja. Kerendahhatiannya ia tunjukkan melalui pelayanannya sebagai Ketua di OMK St. Paskalis Paroki Maria Ratu Pecinta Damai (MRPD) hingga saat ini. Bahkan di luar gereja, ia mengikuti koor gabungan yang bernama Gli Angeli Cantano. Koor yang biasa dikenal sebagai GAC tersebut melayani berbagai macam gereja baik Katolik maupun Kristen. Hingga begitu fenomenalnya, GAC kadang diundang berbagai macam instansi dan telah berkarya baik di dalam maupun luar Kalimantan. Gadis yang menyukai warna pink fanta ini juga pernah mengikuti Pesparawi (Pesta Paduan Suara Gerejawi) Mahasiswa Nasional di Ambon pada tahun 2012. Tak hanya itu, ia juga pernah mengikuti  Pesparawi daerah yang diadakan di Singkawang mewakili Kabupaten Sekadau pada tahun 2013. Baginya, seni adalah hal yang sangat menarik. Tanpa lelah ia bergelut di dalamnya dengan penuh senyuman dan semangat. Tak heran, ia memiliki motto hidup yang sangat menarik: Hadapilah semua dengan senyuman. Menurutnya, seni adalah suatu kebebasan untuk berekspresi. Ketertarikannya pada seni ia teruskan hinga bangku kuliah. Tanpa ragu, ia memilih berkuliah di kampus FKIP UNTAN (Universitas Tanjungpura) program studi Seni Tari dan Musik. Pilihan itu ia lakukan dengan keinginan pribadi, meskipun saat itu orang tua tidak mendukungnya. Namun ia selalu memiliki tekat serta keyakinan pada apa yang ia pilih. Akan tetapi, ia juga tidak mengabaikan saran dari orang tua untuk tidak mengambil program studi Seni Murni dengan alasan agar tidak jauh dari orang tua. Maka ia memilih berjuang di FKIP program studi Seni dan Tari. Cinta kasih orang tua pada anak gadisnya tersebut telah membawa berkat yang luar biasa selama perjuangan kuliahnya. Hingga pada umurnya yang ke-23 tahun saat ini, ia akhirnya berada pada ujung perjuangan untuk menyelesaikan skripsinya saat ini dengan penuh semangat demi masa depan selanjutnya.

Selama masa kuliah, ia juga telah menciptakan sebuah karya unik dan fenomenal. Berawal dari sebuah mata kuliah komposisi musik. Mahasiswi FKIP Untan seni ini mulai mencari ide untuk membuat sebuah komposisi musik yang berbeda dari komposisi-komposisi musik yang telah ada. Hingga akhirnya ia berhasil menciptakan komposisi musik dengan judul Dara Barenyah yang kemudian dikembangkan menjadi Dara Barenyah 2. Karya orisinil ini mendapatkan apresiasi dan tanggapan positif ketika ditampilkan pertama kali dalam Pagelaran Seni yang diadakan oleh IKANMAS (Ikatan Mahasiswa Seni) di UNTAN. Karya yang diadopsi dari kebudayaan Dayak Kanayatn ini menceritakan tentang kebiasaan gadis-gadis Dayak yang senantiasa bekerja beramai-ramai dan bersama-sama. Ditambah dengan teknik Deder yang diambil dari adat suku Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah. Karya ini awalnya terinspirasi dari Lagu Kasih Yesus yang dinyanyikan oleh Paduan Suara Glie Angeli Cantano (GAC) dengan teknik serupa yaitu deder. Begitu fenomenal karyanya ini sehingga mendapatkan apresiasi dari pihak kampus dengan ditampilkannya kembali Dara Barenyah 2 pada saat Dekan Universitas dari Perancis, Université de Poitiers yang berkunjung ke FKIP Untan program studi Seni Tari dan Musik dalam rangka kerja sama antara kedua universitas tersebut. Hal ini menjadi pengalaman yang sangat luar biasa dan penuh arti baginya. Memacu semangatnya untuk lebih meningkatkan karya-karya seni dan kreativitas di masa mudanya. 

Mahasiswi dan juga seorang guru Vokal dan Seni di Sekolah Dasar Marie Joseph Pontianak ini memiliki harapan besar kepada anak-anak didiknya. Sumbangsinya pada dunia pendidikan membawa sebuah harapan baru untuk mengembangkan anak-anak didiknya. Ia berharap agar anak-anak didiknya dapat menghasilkan karya dan kreativitas yang lebih baik. Dengan rendah hati, ia mengatakan kepada penulis bahwa ia sangat senang jika anak-anak didiknya lebih hebat daripada gurunya. Tak hanya itu, ia juga menginginkan agar hal sekecil apapun yang telah diajarkannya dapat membawa manfaat besar bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik. Pemudi yang juga menjabat sebagai ketua OMK St. Paskalis MRPD ini juga memiliki keyakinan bahwa berbagai macam tantangan yang telah ia lewati, tidak menjadikkannya berdiri berlama-lama di atas angin. Banyak pengalaman yang telah dibagikannya sebagai pembelajaran diri. Sumbangsi yang tidak dapat dinilai dengan apapun baik bagi gereja Katolik, dalam masyarakat serta dunia pendidikan yang telah ia geluti.

Penulis:  Sdr. Fransesco Agnes Ranubaya, OFS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

author
Fransiskus Febri - Ketua OMK 2018-2021
Your actions inspire other to dream more, learn more, do more and become more.